Kamis, 22 September 2016

23.15


Sebelas lewat lima belas menit demikian jam dinding dikamar terlihat, layar berukuran 14 inchi baru saja aku matikan. Yang kini tersisa tinggal desingan kipas angin dan suara detik jam dinding yang berirama pelan namun pasti. Suara petir yang mulai menyambar-nyambar sebagai pertanda malam ini mungkin akan turun hujan. Aku coba memejamkan mata secepat mungkin tapi suara gelegar petir telah mengurungkan rasa kantuk ku. September kali beda dengan september-september sebelumnya, kali ini curah hujan dibulan ini terlampau sering beda  dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Rasa kantuk kian menjauh, entah hilang dibawa sunyinya malam yang semakin larut atau pecah berkeping karena kena sambaran petir yang tadi datang menyambar-nyambar. Kini hujan telah turun dengan derasnya, rintik air yang membasahi tanah membuat suasana malam ini yang tadinya sunyi menjadi kian riuh. Butiran air hujan yang hinggap dijendela kaca kamar membuat pemandangan tersendiri. Anganku terbang kesana kemari tidak beraturan, seperti kapas yang sedang melayang-layang tidak tau akan jatuh tepat dimana. Detik demi detik terus berjalan, terbungkus oleh menit demi menit yang terus berlari mengusir rasa kantuk yang coba hinggap kembali.



0 komentar:

Posting Komentar