Rabu, 23 September 2015

Idul Adha 1436 H


Gema takbir sudah berkumandang diiringi dengan kepulan kabut asap yang semakin pekat dikota ini, Alhamdulillah masih dipertemukan dengan Hari Raya Idul Adha 1436 H. Sejak merantau dibumi Palangka Raya sejak awal tahun 2007 silam, ini merupan Idul Adha yang ke-9-ku ditanah Borneo ini. Itu artinya selama saya merantau disini saya belum pernah merayakan Idul Adha di kampung halaman (Yogyakarta) TERCINTA...  Luar biasa...

Luar biasa, miris, kasihan, melas, sedih atau apalah terserah kalian...heeeeee, 
yang jelas saya sangat-sangat merindukan suasana Idul Adha dikampung halaman, takbir keliling, Sholat Ied, lihat hewan qurban yang dipotong, krewet, bakar sate dan makan bersama keluarga itulah sedikit banyak rutinitas yang ada dikampung halaman saya ketika Hari Raya Idul Adha tiba. Rutinitas yang sudah 9 tahun menghilang. 

Walaupun 9 kali Hari Raya Idul Adha tidak pulang bukan berarti saya tidak bisa menikmati indahnya Idul Adha disini. Justeru karena itu saya malah tambah pengalaman dari semua ini, disini saya tidak sendiri banyak teman-teman yang berasal dari  luar kota yang merantau disini. Itu artinya saya disini tidak kesepian, masih ada beberapa teman untuk diajak berbagi daging hewan qurban maupun masakan khas Hari Raya Qurban yang dipadukan dengan masakan khas daerah teman-teman saya berasal.

Hari Raya Idul Adha memang luar biasa, dimanapun kita merayakannya percayalah Cinta Allah itu selalu ada. Akhirnya saya ucapkan......


"Selamat Hari Raya Idul Adha 1436 H"
"Mohon Maaf Lahir dan Bathin "

Semoga Idul Adha tahun depan saya bisa merayakannya bersama keluarga....  
Amiinin rame-rame yuk.....
Amiiiin..... 
   ================***===============

Satu hari kemudian... 


Sebagai bukti kalau saya tidak kesepian ini ada beberapa foto yang saya dishare disini...
Selamat menyimak...

Juru masak lagi motong-motong lontong dan nyiapin bumbu sate...
Ada juga yang lagi sadar kamera...heeeee

 Sementara itu diluar bapak-bapak ini lagi survey tempat yang pas buat bakar sate...

Daging direbus dulu biar empuk...

Setelah empuk...dipotong-potong lalu ditusuk satu per satu...


Perapian mulai disiapkan....

 Kipas terus mang...
Panggangan sudah siap...dan satepun siap dibakar...



 Mantabzzz gan...

 Intermezooo...ada Angelina Jolie gan...wkkkkkkkk, p

Hidangan dah siap...
 
Acara dimulai dengan berdoa...
 

Sikat mang....



 Petcahhhhhhh....

Laris manis...

Gede's Family...(jadi kangen princess)

Ada Bruce Lee jr...(versi kw)

Udah kenyang jadi ngantuk ganz...(kayak bokapnya), 

Special thanks to Tim Panitia...(standing ovation),



Once again...!!!
"Selamat Hari Raya Idul Adha 1436 H"
N
"See U next year..."

NB : Foto diambil 24-09-2015
Fotografer : Mangiring Silalahi
Read More

Sabtu, 19 September 2015

Cemara




Nama saya Tegar, saya punya teman namanya Asri. Kami berdua sama-sama duduk dibangku kelas 5 SD. Jumlah siswa dikelas kami berjumlah 35 siswa, 15 cewek dan 20 laki-laki. Asri berada diantara jumlah 15 tadi. Dia temen yang paling baik sama aku. Temen yang lain kadang ada yang baik kadang tidak. Tapi seingatku mereka sering jahat sama aku dari pada baiknya. Baik atau buruk biarkan sajalah itu urusan mereka, yang penting aku tidak pernah cari gara-gara sama mereka. Lagian di sini aku hanya akan bercerita tentang Asri...ya semua hanta tentang dia. Bagiku Asri adalah segala-galanya setelah ibu. Aku suka Asri sejak dia masih kelas Nol kecil. Kami dulu suka bermain bersama dan sampe sekarang pun masih. Belajarpun kami sering bersama. Makanya tidak heran ranking dikelaspun kami selalu gantian kalau aku peringkat satu dia pasti peringkat 2. Begitu juga sebaliknya, kami sama-sama tidak pernah terlempar dari peringkat 2 besar dikelas. Hebat kan???

Aku sayang Asri
Aku suka Asri
Sejak dulu
Sejak dia masih ingusan
Sampai kini dia kadang masih ingusan
Tapi tidak sesering dulu lagi.

Aku suka Asri....

Bel istirahat baru saja berbunyi, temen-temen langsung menuju kekantin untuk jajan. Ada juga yang membuka bekal yang mereka bawa dari rumah. Aku memilih duduk ditepian taman sekolah yang letaknya tidak begitu jauh dari ruang kelasku. Disitu ada sebuah pohon pinisium yang cukup meneduhkanku dari terpaan sinar matahari. Aku suka menggambar seperti Ayah. Ayahkulah yang dulu sering mengajari aku menggambar. Mulai dari menggambar gunung, rumah, sawah, ayam, bebek, sapi, kambing, bahkan matahari dan pelangi. Hari ini aku akan menggambar cemara yang ada diseberang jalan sana. Aku dan Asri biasa nunggu angkot tepat bibawah pohon itu. Setiap pulang sekolah kami selalu dibawah pohon itu hanya untuk menunggu angkot. Pohon cemara itu sangat lebat. Entah mengapa setiap ada Asri aku merasa selalu tenang n nyaman, dikelas Asri duduk tiga baris didepanku tiap aku melihatnya hidupku terasa tentram seperti pohon cemara yang selalu meneduhkanku tatkala angkot belum kunjung datang, lain halnya kalau dia tidak masuk hidupku terasa gersang seperti pohon jati dimusim kemarau yang sedang merangas seisi kelas serasa gersang semua. Aku sengaja ingin mengambar pohon cemara spesial buat Asri. 


Aku sayang Asri
Aku suka Asri
Sejak dulu
Sejak dia belum bisa mandi
Sampai kini dia sudah bisa mandi
Walaupun cuma kadang2...

Aku suka Asri...
Segera aku keluarkan buku gambar hadiah ulang tahun dari ayah beserta pensil dan penghapusnya, belum sampai lima menit aku menggambar tiba-tiba Asri menghampiriku sambil membawa 2 potong es lilin.

"Lagi menggambar apa tegar??"
"Hmmmm...ini lagi mau menggambar pohon cemara" jawabku malu2...
"Ooo, tumben...Oya ni tadi aku beliin kamu es"
"Wah...terima kasih Asri, kamu tau banget kalau aku lagi haus..."
"Heeee...Iya dong, udah dilanjut lagi menggambarnya gak sabar aku pengen lihat hasilnya"
"Oke...oke"

Akupun melanjutkan menggambar sambil ditemenin Asri disebelahku, serasa teduh sekali hidupku ini kalau lagi bersamanya. Goresan demi goresan pensil pelan namun pasti terus mengalir begitu saja tidak terasa bel tanda waktu istirahat selesai sudah berbunyi itu tandanya kami harus segera masuk ke kelas lagi untuk mengikuti pelajaran berikutnya sambil tergesa-gesa aku bereskan lagi alat-alat gambar ku tadi beserta lukisan yang belum selesai.....

Bersambung...

Read More

Baranusa Cafe





Masih ditempat yang sama, untuk yang kesekian kalinya sebelum boarding aku selalu menyempatkan diri mampir ketempat ini. Seperti biasa secangkir kopi susu dan gorengan selalu aku pesan. Sambil menyeruput kopi ku perhatikan sekeliling tetap sama dengan yang kemarin-kemarin, disebelah kanan tempat saya duduk ada seorang lelaki paruh baya dengan jenggot tipis dan kopiah berwarna putih selalu berdiri disitu menjaga barang bawaan penumpang yang mungkin lagi sholat atau istirahat dimusholla belakang tempat dia bekerja, harum parfum beberapa pramugari yang ikut duduk disitu kuperhatikan selalu sama, parfum mereka tak seharum parfummu. Aku yakin diantara mereka ada yang kenal kamu, bukan hanya kenal mungkin ada juga yang telah menjadi teman bahkan mungkin telah menjadi sahabatmu, tempat untuk berbagi untuk mu. Hampir saja aku tidak kuat menahan rasa penasaranku tentang kamu sekarang. Hampir saja ku ulurkan tangan kepada salah satu diantara pramugari ini untuk kenalan dan menanyakan apakah salah satu diantara mereka ada yang kenal kamu atau tidak. Tapi senyatanya aku tak seberani itu, aku masih termangu dalam kebinggungan.

Sudah setenggah jam aku duduk disitu, tanda-tanda kejadian itu akan terulang lagi nampaknya bakal gagal lagi. Lima belas menit lagi pesawatku sudah mau boarding, segera aku keluarkan dompet dan membayar semua pesananku tadi. Sambil meninggalkan tempat itu aku perhatikan sekeliling siapa tau bisa ketemu kamu lagi. Aku lemparkan pandanganku kesana dan kesini dari mulai yang dekat sampai dengan yang paling jauh dengan harapan yang sama yaitu berharap pandanganku tadi menyangkut tepat pada wajahmu. Tapi apa daya hasilnya tetap saja nihil.


Read More