Rabu, 11 Maret 2015

Secangkir Kopi


Kopi pagi ini terasa spesial
Kopi dari orang spesial
Untuk orang tersayang
Terimakasih nona kopi ini nikmat sekali

Aku segera beranjak dari tempat duduk
Segera aku bawa kopi tersebut
Menuju beranda depan rumah
Sungguh pagi yang cerah

Aku akan selalu merindukan saat seperti ini
Udara yang berbaur dengan sejuknya embun pagi.
Dan suara ayam telah membangunkanku dari mimpi.
Selamat pagi dan terimakasih Istriku

Read More

"HELEN"


Senin tanggal 18 November 2013, seperti biasa pada hari2 senin sebelumnya dikantor selalu ada rapat mingguan begitu juga dengan hari ini. Rapat hari ini direncanakan akan membahas sasaran kerja untuk 1 minggu kedepan, maklum sebentar lagi udah memasuki akhir tahun jadi pekerjaan yang kira2 membutuhkan waktu penyelesaian yang agak sulit/rumit harus mendapat prioritas lebih agar selesai tepat pada waktunya kalau gak kayak gitu ntar bos besarnya ngomel2 lagi. Lama kelamaan kami bosen mendengar omelan dari bos. Rasa bosen udah aku rasakan sebelum rapat dimulai Ahh…paling ntar itu2 aja yang di bahas, 

Pukul 09.30 wib, sudah 30 menit rapat berjalan rasanya aku sudah tidak tahan lagi dengan suasana saat itu, mataku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi rasa kantuk yang aku tahan lama kelamaan semakin menjadi-jadi, dalam pikiranku yang terbayang hanyalah kasur n bantal guling yang ada di kamar rumah apalagi cuaca saat itu mendung nampaknya matahari terlambat bangun hari itu, mungkin. Rasa bosen n badmood seketika hilang ketika kedua mataku menatap kearah pintu ruang rapat dari luar nampak seorang gadis berpostur tinggi dengan mengenakan kemeja warna putih polos dengan rok warna hitam selutut dan sepatu hight hill dengan ramput berwarna coklat sebahu berjalan masuk keruang rapat sedang menuju sebuah kursi kosong disamping bos.

Melihat gadis dengan senyuman yang merekah itu membuat suasana hatiku jadi tak menentu, seakan-akan ada yang menggelitik pikiranku saat itu. Seolah aku kenal gadis itu, apalagi kalau liat senyumnya sudah barang pasti itu bukan senyum yang asing lagi buatku. Hmmmm…tapi siapa dan dimana aku pernah bertemu dia?

Detik demi detik, menit demi menit aku terus coba menggali setiap sudut semua yang ada didalam memori otakku, tapi tetap saja aku tidak menemukannya. Hingga akhirnya bos besar memperkenalkan siapa dia…,
“Perkenalkan pegawai baru kita…Helen, dia baru saja menyelesaikan Sekolah S2_nya di Belanda”                                                                                                                                                                                      
Helen, Helen, Helen, Helen…Yah aku inget jangan2 dia, “Helena Ibnusubroto”, temen SMAku.
Tidak lama gadis itu pun segera berdiri dari tempat duduknya dan mempernenalkan dirinya,

“Mohonijin Bapak2/Ibu2 dan rekan2 semua, Perkenalkan nama saya “Helena Ibnusubroto” biasa dipanggil Helen, asal Kota Cantik Palagka Raya”

Perkenalan yang singkat namun sudah cukup memberikankanku jawaban. Helen yah Helen, waktu SMA dia juga biasa di panggil dengan nama itu “HELEN”, tapi kenapa dia begitu berbeda sekali penampilannya dengan waktu SMA dulu? Sekarang dia tampak lebih anggun, putih, tinggi, langsing, wajar saja kalau aku hampir lupa padanya. Aku masih ingat dulu waktu masih SMA banyak banget cowok yang ingin jadi pacarnya, mungkin jumlah jari tangan dan kakiku masih belum cukup jika dijumlahkan dengan jumlah cowok yang dulu ingin mempacarinya. Dan diantara kesekian banyak cowok tadi salah satunya adalah aku. Wajar saja kalau banyak cowok yang ingin memilikinya disamping udah cantik dia juga termasuk siswa yang pandai. Aku kenal dia dulu waktu duduk dikelas 2 SMA kebetulan dulu kami satu jurusan yaitu jurusan IPA, aku dikelas 2B dan dia dikelas 2A walaupun satu angkatan tapi kelas kami beda ruangan dia di A dan aku di B sejak kelas satupun demikian tidak ada perubahan hingga kami lulus aku tidak pernah bisa merasakan satu kelas dengan dia.

Perkenalan pertama ku dengannya sangat singkat, berawal dari pertemuan diperpustakaan SMA waktu itu aku lagi mencari buku sejarah buat bahan bacaan menjelang ujian kenaikan kelas, dan dia juga sedang mencari buku yang sama kebetulan buku yang ada diperpustakaan cuma tinggal satu, saat itu akulah orang pertama yang megang buku itu.

"Yah, tinggal satu ya bukunya...??? Keluh dia pasrah...
"Iya, emang kamu juga ingin pinjem buku ini juga...??? Tanyaku...
"Iya..." Sambil menatap kearahku, yah...tepat sambil menatap kedua mataku.
"Yah...gimana dong ini bukunya cuma tinggal satu"
"Kamu anak IPA juga ya...?"
"Iya..."
"Wah, itu artinya kita bareng dong ntar waktu ujiannya?
"Terus gimana, masak mau dibagi dua ni buku...kan gak mungkin" Candaku...,
"Oooh ya...Perkenalkan, namaku Helen.." 

Sambil menyodorkan uluran tangan tepat didepanku, ku lihat matanya yang sayu dan senyum yang selalu merekah tak kuasa aku menolak uluran tangan nan putih dan lembut itu. Tanpa pikir panjang lagi akupun lekas menyambut uluran tangan tadi.

"Namaku Alecio...Biasa temen2 manggil saya Ale",
"Hmmmm...Alecio? Nama yang keren..., sambil mengangguk2...
"Hmmmm...Helen? Nama yang keren juga..., balasku sambil tersenyum,
"Huahaaaa....." Kami berduapun kompak langsung tertawa...,

"Jadi gimana ni nasib buku ini..." Dia kembali membuka obrolan tentang buku tadi,

Akhirnya aku memberikan penawaran kalau aku dulu yang akan membaca buku itu, aku minta waktu  satu sampai empat hari untuk mempelajari buku tersebut setelah itu akan aku berikan kepadanya, dia pun dengan tanpa ragu langsung mengiyakan penawaran tadi.

"Hhhhhhhmmm....Gimana kalau aku dulu yang mempelajari buku ini, aku minta waktu sekitar empat hari nanti kalau aku sudah selesai akan langsung aku berikan buku ini padamu. 
"Hmmm...Okeyyy, aku tunggu ya...jangan berikan pada yang lain, Sambil tertawa diapun segera berlalu meninggalkanku yang masih dalam keheningan.

Itulah awal pertemuan kami, perkenalan yang begitu singkat namun sangat sulit untuk aku lupakan entah bagaimana kalau menurut dia, saya rasa dia akan mudah untuk melupakannya, mungkin...tapi semoga saja tidak.

Bel pulang sekolah sudah benbunyi, jam ditanganku waktu itu menunjukan pukul 13.30 wib. Hari itu hari kamis atau bertepatan dengan 4 hari sejak pertemuankau dengan dia, itu artinya sudah waktunya saya memberikan buku itu kepadanya. Sambil tergopoh2 aku berusaha mengejarnya untuk memberikan buku itu kepadanya yang saat itu kuliat dia sudah didalam bus jemputan sekolah yang nampaknya bentar lagi sudah mau berangkat. Aku berusaha teriak memangil dia dari kejauahan setelah 2-3 teriakan dia baru dengar n menoleh kearahku serentak langsung aku angkat buku yang ada ditangan seolah memberikan tanda kalau hari ini sudah jatah jatuh tempo waktu aku meminjamnya dan sekarang sudah jatah dia untuk meminjamnya. Bus sudah berangkat tidak mungkin lagi aku untuk mengejar n memberikan buku itu kepadanya tapi dari jendela bus itu sayup2 aku masih bisa mendengar dan mengikuti gerak bibirnya nan merah merona yang mengatakan "antar saja kerumah nanti malam, sama..." sambil menunjuk Dony. Dony adalah adik kelas saya yang kebetulan waktu itu jadi pacar adiknya Helen sudah pasti dia tau rumahnya. Tanpa pikir panjang lagi aku dan Dony langsung janjian kalau nanti malam jam 7 tepat kami akan berangkat kerumah Helen.

Berawal dari situlah benih2 cinta ku tumbuh, tapi nampaknya tidak buat dia. Maklum waktu itu dia sudah ada yang punya. Setelah kejadian itu kami menjadi lebih akrab dari waktu ke waktu pertemuan kami berdua pun makin inten terjadi entah itu dikantin, ditaman sekolah, koperasi, perpus, atau dibangunan mushola sekolah yang belum jadi. Wajar rasanya kalau aku ingin mengungkapkan perasaan ku waktu itu padanya. Tapi sudahlah seperti yang aku bilang tadi hasilnya tetap nihil dia lebih memilih menjadi teman dari pada seorang kekasih. Walaupun tidak sempet menjalin kasih dengannya tapi hubungan kami tetap baik dari lulus SMA sampai S1 boleh dibilang masih ada komunikasi walaupun sudah tidak seintens dulu lagi hingga akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan studi S2 ke negeri Belanda. Dari situlah komunikasi kami hilang, tapi syukur akhirnya kami masih bisa dipertemukan lagi.


Pukul 11.00 WIB, rapat nampaknya sudah mau selesai aku sudah tidak sabar lagi untuk menegurnya, mengajaknya ngobrol dan membuka kembali kenangan dan harapan lama yang sudah hampir musnah.

Bersambung...
Read More